SKIZOFRENIA
1. PENGERTIAN SKIZOFRENIA
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan “frenia”
yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan
jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian (splitting of personality) (Hawari, 2003).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk (Hawari, 2003).
Gangguan
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi area
fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan
beperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Isaacs,
2005).
2. ETIOLOGI SKIZOFRENIA
Menurut Maramis (1994), faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya Skizofrenia adalah sebagai berikut :
a. Keturunan
Faktor
keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama
anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9
– 1,8%, bagi saudara kandung 7 – 15%, bagi anak dengan salah satu
anggota keluarga yang menderita Skizofrenia 7 – 16%, bila kedua orang
tua menderita Skizofrenia 40 – 68%, bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 – 15%, bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.
b. Endokrin
Skizofrenia
mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan
berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu
kehamilan atau peuerperium dan waktu klimakterium.
c. Metabolisme
Ada
yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan
metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak
sehat.
d. Susunan saraf pusat
Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak.
e. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia
tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah tetapi merupakan suatu
reaksi yang salah, suatu maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu
disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri
dari kenyataan (otisme).
f. Teori Sigmund Freud
Terjadi
kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatik. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id
yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
g. Eugen Bleuler
Skizofrenia, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.
h. Skizofrenia
sebagai suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab,
antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa,
penyakit badaniah seperti lesi otak, arterosklerosa otak dan penyakit
yang lain belum dikettahui.
i. Skizofrenia
itu suatu gangguan psikosomatik, gejala-gejala pada badan hanya
sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan
manifestasi somatik dari gangguan psikogenik.
3. GEJALA KLINIS SKIZOFRENIA
Gambaran
gangguan jiwa skizofrenia beraneka ragam dari mulai gangguan pada alam
pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar.
Sebelum seseorang sakit, pada umumnya penderita sudah mempunyai
cirri-ciri kepribadian tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit
disebut sebagai Kepribadian Pramorbid, seringkali digambarkan sebagai
orang yang mudah curiga, pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik
diri dan menyendiri serta eksentrik (aneh). Gangguan jiwa Skizofrenia
biasanya mulai muncul dalam masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia
45 tahun). Seseorang dikatakan menderita Skizofrenia apabila perjalanan
penyakitnya sudah berlangsung lewat 6 bulan. Sebelumnya didahului oleh
gejala-gejala awal disebut sebagai fase prodromal yang ditandai dengan
mulai munculnya gejala-gejala yang tidak lazim misalnya pikiran tidak
rasional, perasaan yang tidak wajar, perilaku yang aneh, penarikan diri
dan sebagainya. Gejala – gejala Skizofrenia dapat dibagi dalam 2
kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif.
a. Gejala positif Skizofrenia
Gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebgai berikut :
1) Delusi
atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk
akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu
tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi,
yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya
padahal tidak das umber dari suara atau bisikan itu.
3) Kekacauan
alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya
bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara dengan semangat dan gembiran berlebihan.
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala-gejala
positif skizofrenia amat mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan
salah satu motivasi keluarga membawa penderita berobat.
b. Gejala negatif skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut :
1) Alam perasaan (affect) “tumput” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajag yang tidak menunjukkan ekpresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3) Kontak emosional amat ‘miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
7) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition)
dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada
spontanitas, menoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas
(kehilangan nafsu).
Gejala-gejala
negatif skizofrenia seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan
oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak “mengganggu” sebagaimana
halnya pada penderita skizofrenia yang menunjukkan gejala-gejala positif
4. JENIS-JENIS SKIZOFRENIA
Penderita
skizofrenia digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama
yang terdapat padanya. Adapun pembagian skizofrenia (Maramis, 1994)
adalah sebagai berikut :
a. Skizofrenia
simplex : sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
pada jenis simplex ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses pikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.
b. Skizofrenia
hebefrenik : permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul
pada masa remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang menyolok ialah :
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi.
Waham dan halusinasi banyak sekali.
c. Skizofrenia
katatonik : timbulnya pertama kali antara umur 15 – 30 tahun, dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia
paranoid : gejala-gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai
waham-waham sekunder dan halusinasi. Pada pemeriksaan yang teliti adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek, emosi dan kemauan.
e. Episode
Skizofrenia akut : gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dank lien
seperti dalam keadaan mimpi. Kesadrn mungkin berkabut.
f. Skizofrenia
residual ialah keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primer, tetapi
tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah
beberapa kali serangan skizofrenia.
g. Skizo-afektif
; gejala-gejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga
gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung
untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi
serangan.
5. TERAPI (PENGOBATAN) SKIZOFRENIA
Ganguan
jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut
(kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan
waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk
menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi
yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia
(psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikorelegius
(Hawari, 2003).
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
9) Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose).
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua (atypical).
1) Termasuk
golongan generasi pertama misalnya : Chlorpromazine HCL (Largactil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril),
Haloperidol (Haldol, Serenace).
2) Termasuk
golongan generasi kedua misalnya : Risperidone (Risperdal), Clozapine
(Clozaril), Quetiapine (Serquel), Olanzapine (Zyprexa).
b. Psikoterapi
Terapi
kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat
diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (Pramorbid), adapun macam psikoterapi adalah sebagai berikut :
1) Psikoterapi Suportif, dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak putus asa dan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
2) Psikoterapi Re-edukatif, dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu.
3) Psikoterapi Re-konstruktif, dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi pribadi utuh seperti semula sebelum sakit.
4) Psikoterapi Kognitif,
dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan
daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai
moral etika, mana yang baik dan buruk.
5) Psikoterapi Psiko-dinamik,
dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan
yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari
jalan keluarnya.
6) Psikoterapi Perilaku, dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladatif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
7) Psikoterapi keluarga, dimaksudkan untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.
c. Terapi Psikososial
Terapi
psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri
tidak tergantung pada orang lain, sehingga tidak menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius)
terhadap penderita Skizofrenia dimaksudkan gejala patologis dengan pola
sentral keagamaan dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau
keimanan penderita dapat dipulihkan kembali di jalan yang benar.
6. KRITERIA SEMBUH KLIEN SKIZOFRENIA
Menurut Handayani (2008), kriteria sembuh untuk klien skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Remisi
(sembuh bebas gejala) menunjukkan klien, sebagai hasil terapi medikasi
terbebas dari gejala-gejla skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah
klien dapat berfungsi atau tidak.
b. Recovery
(sembuh tuntas), mencakup disamping terbebas dari gejala-gejala
halusinasi, delusi dan lain-lain, klien juga dapat bekerja atau belajar
sesuai harapan keadaan klien dan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I.S., 2006, Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Refika Aditama, Bandung
Hawari, D., 2003, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Maramis, W.F., 1994, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar